ITEC Programme at Centre for Development of Advanced Computing/CDAC, Mohali, India (September 7th - October 30th, 2015)

Hae Halo, jumpa lagi bersama saya Sony Budi Nugroho, S.Sos.. Sosdorr kali haha..

Kali ini postingannya bukan hasil karya, tapi hasil usaha iseng-iseng (piye kui?) 

Jadi gini sebenernya, pada suatu hari di awal Agustus 2015 itu seperti biasa di kantor kalo mau konek internet harus via portal, nah di portal itu ada  yang jaga (dipikir portal perumahan) kolom diskusi bebas, biasanya sih ga tak gathek-in, boso jowone tidak diperhatikan dan ndilalah makjegagik saat itu ada rasa yang terpendam ingin melihatnya, di kolom diskusi bebas itu ada postingan dengan judul menarik, kalo ga salah "Pengen ke luar negeri gratis?" (pokoknya orang Indonesia kalo ada yang gratis-gratis jadi semangat) hahaha.. no offense. 


Prologue

Maka dibukaklah postingan tersebut dari satuan kerja Pusat Kerjasama Internasional, intinya nawarin program beasiswa untuk kursus di India yang ngadain Kementerian Luar Negeri-nya India lewat Indian Technical & Economic Cooperation Programme bekerja sama dengan Centre for Development of Advance Computing (CDAC) sebagai tempat pelaksanaan kursusnya. Nah, tak liat-liat kok ada “Specialized Training Program in Special Effects and Video Post Production Techniques” Wah sepertinya menarik iki dengan syarat TOEFL min 450 apalagi sangat berhubungan sama kerjaan ane yang ngeliput video kegiatan menteri.


Interesting makes everything

Karena rasa penasaran adalah pemicu manusia melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya, saat itu juga ane tertarik untuk ikut, tapi segala awal merupakan hal yang terberat untuk dilakukan. Mulai dari bikin mie rebus pake cabe rawit paspor (maklum wisatawan domestik jarang ke luar negeri), meyakinkan pejabat yang bikin galau ikut gak ikut gak, sampe ngurus dokumen yang birokrasi nya ternyata ga mudah (namanya juga di pemerintahan) karena harus bikin mie rebus pake cabe tapi ga pake bawang goreng nota dinas lintas satker (satuan kerja) dan harus persetujuan Sekretaris Jendral, kalo mau make sure perlu dikawal surat-surat itu kalo perlu pake voriijder, apa sih dan juga ngurus di Kedutaan Besar India.
Singkatnya di akhir Agustus, ane dapet email balesan dari Indian Embassy bahwa aplikasi yang ane ajuin beserta lampiran dokumennya diterima dan diproses untuk selanjutnya mengurus Student Visa yang kudu daftar via online. 
Oiya, pake nya paspor ijo ga pake paspor biru (buat dinas) karena semua dibayarin Pemerintah India dan ga ada sangu yang dikeluarin dari kas negara, maka pengurusan reference letter yang disyaratkan dalam mengurus visa tidak perlu sampe SP Setneg, jadi cuma sampe eselon II aja. But, all clear because the power of penasaran tadi. Pokoknya jangan mau menyerah kalo belum sampe titik koma darah penghabisan. Bismillah aja bro.


The journey begin

Oke, ketebelece (adj; sejenis keribetan) udah dibahas. Dua hari setelah ngurus visa, makbedhunduk (adj; sesuatu yang timbul secara tiba-tiba) muncul email balasan yang isinya e-tiket dan pemberitahuan kepada koordinator CDAC tentang rencana perjalanan ane sampe sana, yang bikin ketar ketir sih ga ada balasan email dari koordinatornya saat ane nanya kontak person dan siapa yang jemput disana hahahhaa (koyo cah ilang, inyong e). Jadi travel itinerary (rencana perjalanan) ane adalah Jakarta - Singapura (Garuda) - Mumbai - Chandigarh (Jet Airways).
Pada hari Sabtu, 5 September 2015 ane berangkat deh jam 4 pagi bareng emak-emak ke pasar karena harus ngejar pesawat jam 6.10 sampe di Changi jam 9 pagi waktu Singaparna Singapura. 


Changi Airport, Terminal 3 Internasional mlampah ke B3 sing arep neng Mumbai

Iki neng ruang tunggune Gate sing arep neng Mumbai


Di ruang tunggu tersebut ketemu karo bapak-bapak rombongan pada mau ke Mumbai juga, kata mereka sih dinas dan mereka heran pas nanya ane mau ke Chandigarh transit Mumbai, mungkin dalam atik, "ini orang sendirian berani banget jalan-jalan ke India, udah gitu kecil imut-imut menggemaskan lagi, cucok deh" (sfx: backsound ngomong dalam hati kaya di sinetron). Jangan lupa boarding pass yang dicetak di Soekarno-Hatta dikasi ke mbak nya buat di tuker jadi boarding pass Jet Airways dan bagasi dah otomatis transfer ke Jet Airways, tar di Mumbai baru diambil.


Bawang Bombay

Setelah 5 Jam 30 Menit perjalanan akhirnya sampe di Mumbai - dulu namanya Bombay, nama bandara nya Chhatrapati Shivaji di Terminal 2 Internasional.  

Ruang tunggu nya Chhatrapati Shivaji Airport Terminal 2 International

Bandaranya bagus sih, kayanya baru tapi suasananya sepi gak kaya di Changi, petugasnya juga kurang senyum, banyak inspektur-inspektur Vijay di sini udah gitu petenteng bawa senjata laras panjang, setelah lewat imigrasi (ada kertas yang dikasi di pesawat yang harus diisi oleh foreigner yang akan masuk ke India, kalo udah diisi kasi ke petugas imigrasinya), ane klaim bagasi nya trus harus ke Terminal 1B Domestik, nanya nanya nanya nanya arah (namanya juga baru pertama kali, dewe meneh T.T) disuruh turun ke bawah, jujur aja petunjuknya ada tapi arahnya kurang jelas (jelas-jelas kaca po?). Nunggu deh di situ dan ternyata kita harus naik bus (bus jadul tapi ber-AC kaya PPD gitu) untuk ke Terminal 1B Domestik (14.20 waktu Mumbai harus boarding, bus nya dateng jam 14.00 -_- semacem deg-deg ser takut ketinggalan pesawat)
Keluar dari pintu bandaranya terciumlah bauk khas India, bau nya sejenis kaya rempah-rempah bawang gitu ga ada wangi-wanginya, macem bawang bombay (yaiyalah namanya juga lagi di Mumbai) termasuk juga orang-orangnya kayanya bau itu disebabkan dari apa yang mereka makan. Pertama sih ga nyaman (untungnya pake buff) tapi ya kudu beradaptasi nih idung, semangat dung!.
Then, setelah 5 menit perjalanan yang harus melewati jalan raya ketemu lampu merah dan sedikit kemacetan, sampe deh di Terminal 1B Domestik, tau sendiri Domestik ga begitu bagus kaya Terminal International, pokoknya OTW (Oke Tunggu Wae) di Gate 13 tujuan Chandigarh.

Ruang tunggu Terminal 1B - Domestik Bandara Chhatrapati Shivaji Mumbai


Cah ilang

Setelah gate 13 tujuan Chandigarh dibuka, tak kiro ki langsung numpak pesawate, jebul kudu numpak bus mayasari bakti sek. 

 Ini udah di pesawat Jet Airways tinggal nunggu take off

Bijimana sih Jet Airways, overall masih bagusan Garuda, pertama kali ditawarin buat makannya malah bingung karena pramugarinya bilang, "Veg or Non Veg?" ternyata yang ditawarin maemannya ada dua jenis yaitu umbi-umbian vegetarian atau non vegetarian (soalnya jarang ditanya masalah vegan). Pas tak buka meals-nya isinya makaroni pasta sama daging ayam tapi dibumbu ijo-ijo gitu kaya wasabi, kurang familiar sih but it's okay, Daripada tar emosi kalo laper, mending dimamam aja haha (koyo iklan wae). 




 Pemandangan dari pesawat yang memperlihatkan alur sungai yang mengalir ke hilir menuju lautan asmara #halah



Dan akhirnya setelah selama perjalanan udara sekitar 2 jam 25 menit, nyampe deh di Chandigarh, jam menunjukan pukul rata 17.50 WIBC (Waktu India Bagian Chandigarh) yang ternyata pangkalan udara "TNI AU"-nya India, jadi inget di Pangkalan Bun #eaaaaa, di sana bandaranya juga punyanya AU. Oiya, di bandara ini ada area dilarang poto-poto, apalagi potoin kumisnya Inspektur Vijay.  

Bandara Chandigarh


Bersyukur dah sampe Chandigarh, keamanannya ternyata ga seketat rok mini span mbak-mbak kantoran di Mumbai, ga ada pemeriksaan imigrasi walaupun ada loket imigrasi buat foreigners, klaim bagasinya bisa setengah jam sendiri sambil ketar-ketir dalam atik, "ada yang jemput ga ya, mana ga bisa konek internet jadi ga tau ada email balasan apa engga, trus kalo ga dijemput gimana ini bisa Lost in India" dan jam menujukan hampir setengah 7 tapi suasana masih terang se-terang wajahku saat pertama bertemu denganmu #apaansih kaya jam 4an gitu deh. Bayangannya sih ada yang jemput sambil bawa papan nama "Mr. Sony Budi Nugroho sing Ganteng Dewe," tapi ini kenyataannya ga ada T.T, begitulah kadang bayangan kita tidak sesuai dengan kenyataan, tapi apapun itu kita harus ikhlas dan tetap semangat bergerak maju (malah curhat).
Setelah melakukan aktivitas plonga-plongo kaya kebo sekitar 5 menit, ada orang India, (btw, banyak orang India lho, yaiyalah kowe neng endi e) yang nyamperin dan nanyain,  "ITEC participant?", ane jawab, "yes i am", dia tanya, "Mr. Sony Budi Nugroho?", ane jawab, "yes correct, it's me" dia bilang, "you very handsome" dan selanjutnya ane disuruh masuk ke mobil sedan macem suzuku swift gitu tapi ada bagasinya (kayanya sih mobil carteran) yang disetiri oleh bapak-bapak India pake sorban gitu, di dalem mobil kenalan sama mas-mas yang jemput tadi namanya Rajeev koordinatornya CDAC bagian anterin participant ke hotel, di perjalanan pada akhirnya saya mengerti mengapa banyak orang India jadi driver cab di Amerika, karena le nyetir ki ora toto, podo lah karo supir angkot 08 Tanah Abang - Kota, gass poll rem blong. 


The hotel room

Alhamdulillah sampe juga di Hotel Parkview di sector 24, jam menunjukan hampir setengah delapan malem, ane diterima ramah sama bell boy, disuruh nunggu di lobby, diarahin dimana nantinya tempat makannya yang diperaturan, "Anda mendapatkan free dinner at 7-9 pm and breakfast at 7-9 am" tapi untuk lunch kudu bayar. Trus ane bertanya bijimana internetnya yang dijelaskan untuk pertama kali login gratis sehari setelah itu harus bayar 900 rupee untuk satu bulan (sekitar 192 ribuan rupiah, 1 rupee = 213 rupiah) dan hanya untuk satu device. Alamak, mahal kali itu bah, macam mana pula e (logat sunda). But, it's worth daripada beli sim card isi paket data, wifi lebih efisien karena unlimited dan ga lemot-lemot banget, lancar jaya suprana. Oke, urusan internet was clear.
Jadi gini, setelah ketemu Rajeev tadi, ane ketemu sama Pak Vivek Kumar, beliau koordinator CDAC yang ngurus allowance para participantnya, untuk pertama kedatangan dikasi 2000 rupee dan dikasi lagi setelah 15 hari ke depan sampai nanti totalnya sekitar 25.000 rupee untuk kehidupan sehari-hari sepertinya cukup.. sepertinya... hahaha...
Lanjut, overall hotelnya gede, dengan tekstur tembok bata bergaya 90'an, ada ruangan terbuka di tengah yang memliliki rumput terawat serta meja dan kursi untuk makan, terkesan jadul sih, jadi inget film Dono, ya kaya gitu jaman Pak Harto mesem pokoknya. Beruntunglah di hotel, karena cerita temen yang course nya di Mumbai, dia di hostel, satu kamar dua orang, lha iki ternyata gur aku thok, double bed meneh.

 Penampakan bangunan hotelnya

Dalem kamarnya, masih pake TV CRT agak serem sih tapi lumayan gede

Kamar mandi nya luas dan bagus, ada ember sama ciduk, airnya ga terlalu dingin ga terlalu panas, shower available, closet duduk

 Muka jetlag barusan sampe tapi tetep ganteng dan berkharisma (abis ini dilemparin yang pada baca)

Pemandangan dari balik jendela pada pagi hari


Friend from Fiji

Keesokan harinya di hari yang cerah itu ane bangun pagi, jangan lupa mandi abis itu gosok gigi, abis mandi ku tolong ibu bersihin tempat tidur ku #malahnyanyik, pokoknya abis itu sarapan sekitar jam setengah delapan gitu deh, maemannya nasi kuning kebuli gitu dengan rasa ketumbar yang sangat kuat dan nasi yang sedikit lebih pipih dan panjang, ga kaya nasi Indonesia yang bantet dan lucu. Ku lihat sekitar ada semut-semut merah manusia-manusia yang sepertinya participant CDAC juga, karena ada kursi yang nganggur, nimbrung deh kesitu, kenalan-kenalan salah duanya adalah Usaia Ratumaiwai Tacaqe (cari aja di fesbuk tar juga nemuk) dan Rabi, nama terakhir itu sepertinya kode ben gek ndang rabi hahahaha...
Yup, Usaia menjelaskan bagaimana overall course di CDAC, tips-tips, kemana belanja yang murah, kalo lunch berapa rupee abisnya mamam di kantin dan lainnya. Saat itu dia mau pergi siangan buat beli oleh-oleh buat anaknya, anaknya 4, paling gede 11 tahun, saat ane tanya, "did they missed you?" he nimpalin, "absolutely, we do skaipi-an every single night." (sekedar diketahui, Fiji lebih cepat 5 jam daripada di India). Usaia ini adalah member CDAC batch bulan Juli yang udah selesai kursusnya. 
Yawda deh ane memutuskan untuk ikut karena emang pas hari Minggu dan Senin masih lom mulai kursusnya karena ada participant yang dateng hari Senin. Rabi, Usaia dan Sony, metu dolan keluar dari hotel menuju jalan raya yang disana ngetem bapak-bapak Kang Bajaj (Autorickshaw/Oto sebutannya), setelah menawar harga sekitar 60 Rupee akhirnya kami merakit menaiki Bajaj tersebut ke Sector 17 tempat pasar pakaian berada. Di India, jalanan adalah tempat yang patut diwaspadai karena attitude nyetir, nyalip, ngepot, belok, ngerem, ngegas gak pake perasaan, pedih hati ini, dek!.

 
Di Sector 17 ini kita akan menemukan seonggok pasar rakyat yang jual baju-baju, cawet-cawet sampe kaos kaki dan peralatan menjahit (ga sempet tak potoin pokoknya begitulah), Usaia bilang kalo di negaranya sana, harga pakaian bisa lima kali lipat daripada di India, jadi pada kesempatan itu dia mborong, tak kiro meh nggo kulakan je. Sementara Rabi, entah kemana tak terlihat batang pohonnya hidungnya, dan saya hanya ngeliat aja kaya apa sih jual beli di India itu karena baru pertama kalinya ke India, apalagi ke pasar India. Karena kebanyakan ngeliat doank itu bikin haus (apa hubungannya) maka ane usul buat beli air mimik yang kemudian Usaia menyarankan, "Beli lah air mimik mu di Indiamaret, kisanak", "Okay, after this, we'd better go to Elante Mall." Dalem atik, "Asik, sisan ngadem lah" soalnya panas tenin, bero.
Dengan 60 rupee naik Autorickshaw lagi, kami pun nyampe di Elante Mall yang mana pada saat itu bagaikan langit di sore hari oase di tengah padang sidempuan pasir.



 Elante Mall, Chandigarh, India


Mlebu neng mall e serasa surga, karang neng njobo nanas anet. Mall nya macem kaya Galeria Mall di Jogja gitu deh ga kecil ga gede juga tapi lengkap, barang dan pakaian branded juga ada, nah jam sudah menunjukan pukul 12.30 dan cacing dalem perut pada demo maka kami memutuskan untuk mamam di KFC aja, aman kata Usaia, karena kita tahu harga dan jenis makanannya, sampe di KFC ternyata belinya harus paketan dan ga ada nasi putih (padahal dah bayangin ayam+nasi+mimik) jadi pesen namanya Chicken Popcorn Ricebowl, yang lagi-lagi nasi nya nasi kari yang lagi-lagi juga ni cacing-cacing yang kurang bersyukur lom dapat beradaptasi sama sego sing aneh kui. 


Chicken Popcorn Ricebowl KFC

Setelah makanin cacing, kita melanjutkan hunting data air mineral sama sekalian beli deterjen dan mangkok kalo lagi pengen bikin mie dewe, setelah semua accomplished maka balik lah kami ke hotel. Njuk kemana si Rabi?, menurut Usaia, dia akan balik sendiri ga usah ditungguin, karena menunggu itu capek, mas! (curhat meneh). Oiya tips dari Usaia, jangan ngawe naik oto yang ngetem di depan mall karena lebih mahal, ngawe aja di jalan agak sonoan dikit dari mall nya (Elante Mall - Parkview Hotel = 100 Rupee). Pada hari itu saya sangat bersyukur karena dateng pertama dewe, jadi bisa jalan-jalan dulu, ketemu temen yang ngasi unjuk jalan ke pasar dan tempat belanja kebutuhan. Jadi, mari kita bersyukur atas karunia-Nya, kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan dan kita butuhkan. Matur nuwun Mas Usaia, you are my bro lah pokoknya. Winaka! (red: bahasa Fiji untuk Terima Kasih).


 Mr. Usaia Ratumaiwai Tacaqe and me (terpal bajajnya bagus)





Komentar

  1. Modarooo...bali seko kono awake mambu cahh,..melu melu cah gaul kono...ben kuaapoook..sesuksesuk nek arep sinau nang UPN bae lah..but, sukses yo ..

    BalasHapus
  2. kakak, saya insya Allah jg akan kesana feb ini, kalau blh tau, dsana cdac itu ngapain aja ya, ada ujiannya ga? susah ga belajar dsana, ada test2 nya ga dsana

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer